INGIN JADI ANGGOTA BIN? INI YANG HARUS KAMU PERSIAPKAN
BIN Badan Inteljen Indonesia - CIA nya Indonesia |
Ingin jadi anggota bin? Ini yang harus kamu persiapkan
Aparat memang
posisinya sebagai frontliner alias gugus depan dalam sebuah peristiwa atau kejadian.
Tapi, sebelum melakukan upaya-upaya, biasanya pemerintah akan mengirim
intelijen untuk mengumpulkan informasi. Dari sini, baru kemudian disusun
rencana yang nantinya akan dieksekusi oleh aparat. Siklus umumnya selalu
seperti ini. Jadi, bisa dibayangkan jika sebuah tanpa intelijen, maka akan
kacau balau pemerintahannya.
Setiap negara pasti
punya badan intelijennya. Amerika ada CIA, Rusia ada GRU, Inggris ada MI5 dan
sebagainya. Indonesia pun juga memiliki badan semacam ini namanya adalah BIN.
BIN sama seperti deretan badan intelijen itu, mereka punya banyak tugas-tugas
penting yang berhubungan dengan tujuan stabilitas negara.
Mengabdi secara
nyata kepada negara bisa dengan menjadi anggota BIN. Namun, untuk bisa masuk ke
dalamnya butuh perjuangan dan risiko yang tidak main-main. Kira-kira hal-hal
apa saja yang harus diperhatikan jika ingin menyandang gelar sebagai seorang
intelijen? Berikut ulasannya.
1. Super Cerdas, Hukumnya Wajib!
Syarat paling
penting menjadi seorang intelijen haruslah cerdas. Bukan diskriminasi, tapi
kecerdasan memang dibutuhkan dalam setiap tugas seorang anggota BIN.
Mengumpulkan informasi tanpa ketahuan, melakukan penyelidikan-penyelidikan,
tentu hal-hal semacam ini harus dibekali dengan aksi dan perhitungan akurat
yang notabene hanya dimiliki orang-orang berotak encer.
Jika tak percaya
anggota BIN harus cerdas, coba cari nama gadis bernama Gayatri Wailisa. Percaya
atau tidak, Gayatri menguasai sekitar 13 bahasa, dan faktanya penguasaan
perbendaharaan bahasa adalah ciri-ciri orang cerdas. Bahkan angka 13 bahasa
bisa dibilang super jenius. Kualifikasi BIN memang ketat seperti ini karena
tugasnya sama sekali tidak remeh.
2. Harus Lolos Seleksi Dari Ribuan Orang
Ya, sama seperti
penerimaan PNS atau sejenisnya, untuk bisa menjadi anggota BIN seseorang harus
terlebih dahulu lulus ujian. Setelah mendaftar dan memenuhi syarat
administratif, kemudian yang harus dilakukan adalah bersaing dengan para
kandidat yang jumlahnya mungkin ribuan lebih dan rata-rata semuanya
berkualitas.
Jenis-jenis tesnya
biasanya macam-macam, tak hanya berhubungan dengan intelektualitas, tapi juga
fisik. Ingat James Bond? Ia adalah intel yang tidak hanya duduk manis dan
pacaran dengan wanita cantik. Meskipun intel ia juga harus berjibaku dengan
penjahat. Meskipun tidak seekstrem 007, tapi anggota intel memang dituntut
untuk punya skill yang berhubungan dengan fisik.
3. Siapkan Duit Banyak
Bukan, bukan untuk
menyuap negara, melainkan sebagai denda kalau mengundurkan diri dari kesatuan.
Ya, dikatakan dalam aturan penerimaannya, barang siapa mengundurkan diri dengan
alasan-alasan tertentu, maka si bersangkutan harus membayar denda dengan jumlah
yang cukup banyak.
Tak hanya mundur
ketika di tahap tes saja, saat sudah diterima dan kemudian mundur lantaran
alasan-alasan khusus, juga bakal kena denda bahkan lebih besar lagi. Hal ini
bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai peringatan nyata kalau BIN bukan
pekerjaan yang main-main.
4. Harus Pintar Jaga Rahasia dan Bukan Tukang
Pamer
Kasus Banyu Biru
yang mengunggah surat pengangkatannya menjadi anggota BIN di sosmed mengundang
polemik. Banyak yang menilai aksinya sangat konyol dan kekanak-kanakan.
Pasalnya, BIN adalah organisasi rahasia. Maka apa pun yang berhubungan
dengannya termasuk surat seperti ini, tentulah menjadi rahasia juga.
Membeberkan kepada
umum kalau seseorang menjadi BIN sama seperti memberi tahu penjahat di mana
kantor polisi. Ya, info seperti ini pasti akan bisa dimanfaatkan oleh
pihak-pihak berkepentingan. Belum lagi bagi Banyu Biru sendiri hal tersebut
akan membuat dirinya dicurigai dalam setiap langkahnya. Namanya juga intelijen,
maka ‘rahasia’ harusnya menjadi nama tengah semua anggotanya.
5. Siap Berkonfrontasi Dengan Intelijen yang
Lain
Seperti Amerika
dengan CIA-nya yang selalu sok ikut campur urusan negara lain, maka mungkin BIN
juga akan diposisikan seperti itu. Tentu saja tujuannya bukan untuk mengganggu
negara lain melainkan menjaga kestabilan negara. Ketika diturunkan dalam
tugas-tugas seperti ini, maka sudah pasti nantinya akan dihadapkan dengan
kondisi di mana seorang intelijen beradu dengan intelijen dari negara lain.
Mungkin saja BIN
akan berkonfrontasi dengan CIA atau mungkin MI5 ketika terjadi peristiwa yang
menyangkut-pautkan beberapa negara termasuk Indonesia. Risiko ketika berhadapan
dengan intelijen asing tentu tidak kecil. Harus siap-siap beradu otak atau
bahkan yang lebih gila lagi.
6. Siap Mati Tentu Saja
Pekerjaan apa pun
yang berhubungan dengan stabilitas negara, risikonya adalah mati. Menjadi
penegak hukum mati, menjadi aparat mati, masuk militer risikonya juga mati. BIN
pun begitu, ketika berhasil menjadi salah satu anggotanya, maka risiko siap
mati sudah harus bisa ditanggung.
Kenapa jadi anggota
BIN bisa mati? Alasannya sudah jelas karena tugas mereka yang penting.
Orang-orang yang punya kepentingan pasti akan menganggap anggota BIN sebagai
batu sandungan untuk mencapai tujuannya. Belum lagi, ketika ada sebuah kejadian
kemudian seseorang terkuak identitasnya sebagai anggota, maka sudah jelas akan
diincar dan dienyahkan oleh pihak yang beroposisi.
IN bukan tentang pride atau
kebanggaan, bukan juga bayaran tinggi. Tapi, soal bagaimana kita bisa menjaga
kestabilan negara, melakukan upaya-upaya untuk membuat negara ini tetap aman
dan tentram. Dengan semua risiko yang ada serta prestasi yang sudah dibuatnya
meskipun tidak banyak yang bisa diungkap, kita patut syukuri akan eksistensi
BIN di negara ini.
---------------------
Article Source: http://www.boombastis.com
Image Source: http://batamtoday.com
No comments:
Post a Comment